Minggu, 29 Desember 2013

Membelah Gunung Gede


 

Ini kaya mimpi......
Nggak pernah terpikir sebelumnya, bisa mendaki gunung sampai puncak.
Apalagi cewek kaya saya yang dinilai gampang capek, manja, suka dandan dan nongkrong di mall... hehehhehee...

Tapi itu semua teryata cuma penilaian semata.
Jadi tanggal 7-8 Desember kemarin, saya berkesempatan meliput Fun Hiking bersih-bersih Gunung Gede, yang diadakan Komunitas Montana.
Karena event ini agendanya bersih-bersih gunung, jadi saya pun harus ikut mendaki hingga puncak.

Buat pemula seperti saya, rasanya mendaki gunung pertama kali tidaklah mudah. Apalagi saya jarang berolahraga.
Tapi demi profesionalitas, rasa tertantang dan penasaran, saya pun tetap semangat menaklukan gunung setinggi 2985 mdpl. 



 




Selama mendaki dan usai mendaki gunung, saya pun belajar banyak hal. Saya lebih banyak bersyukur dan lebih menghargai makanan. Pasalnya selama di gunung, satu batang cokelat saja begitu lezat dan berharga. Tak hanya itu, saya pun jadi ketagihan dan pengin naik gunung lagi hihihihiiii....

Vesak at Magelang

Ceritanya mau nge-blog. Tiba-tiba nemu tulisan yang dibuat beberapa bulan lalu yang belum ke publish #latepost -__-

23-26 Mei 2013 lalu, saya iseng ke Jogja bersama teman-teman kampus.
Nah, liburan kali ini merupakan liburan ter-random selama 23 tahun terakhir.
Pasalnya, selain mendadak, personil yang tergabung dalam perjalanan ini bukanlah berasal dari satu geng yang sama. hahahaa

Yup, meginjakan kaki di  Stasiun Senen, Jakarta Pusat, perjalanan kami pun dimulai.
Kami berangkat pukul 19:00 wib dan tiba di Yogyakarta pukul 04:00 wib.
Nah, setibanya di Yogyakarta kami langsung meluncur ke wisata alam Borobudur Nirwana Sunrise,
Punthuk Setumbu, untuk melihat sunrise dari atas puncak. Setelah menanjak sekitar 15 menit untuk menuju atas, akhirnya kami tiba di puncak.YAY!!!

JREEEEEEEEENGGG... 
Keren, wonderful, amazing. itulah kata yang menggambarkan view di atas puncak Punthuk Setumbu. Atmosfer di tempat ini bener-bener beda dengan Jakarta. Udaranya masih sejuk dan tercium bau tanah dan aroma daun dari pepohonan. Di tempat ini, banyak banget  wisatawan asing maupun lokal yang datang untuk menghirup udara pagi sekaligus berfoto mengabadikan sunrise.


Selama beberapa hari disana (23-26 mei), puncak perjalanan kami pada tanggal 25 mei saat perayaan waisak.
Yup, berdasarkan keputusan World Fellowship of Buddhists, pusat perayaan waisak bagi umat Budhha di Indonesia, berada di komplek candi Borobudur, Magelang, Jawa tengah. Jadi, nggak mengherankan suasana perayaan waisak di kota ini begitu kental unsur budaya dan religinya, dibandingkan daerah lain. Makanya, pada perayaan waisak, Magelang berhasil menyedot perhatian ribuan wisatawan ingin beribadah, atau sekedar menyaksikan kesakralan hari suci umat buddha ini.

Sebenarnya prosesi perayaan waisak dilalui dengan beberapa tahapan yang berlangsung dihari sebelumya, dimulai dengan pengambilan air suci di Umbul Jumprit, Temanggung dan api alam di Grobogan, Purwodadi yang akan disemayamkan di Candi Mendut. Tapi sayangnya, saya tidak menyaksikan dua prosesi tersebut.
Saya hanya berkesempatan menyaksikan detik-detik waisak di pelataran Candi Mendut, dan prosesi arak-arakan dari Candi Mendut ke Candi Borobudur.


Pusat perayaan waisak di Magelang terjadi didua titik, yaitu Candi Mendut dan Candi Borobudur. Nah sejak pukul 10:00 pagi, akses utama dari Candi Mendut menuju Candi Borobudur sudah ditutup.
Setelah dua jam melakukan ibadah di Candi Mendut, tibalah  prosesi arak-arakan dari Candi Mendut menuju Candi Borobudur. Disini arak-arakan, biksu, dan jemaat berjalan kaki menuju Candi Borobudur sejauh 4 KM.



Ritual keagamaan belum berakhir. Setibanya di Candi Borobudur, saya menjumpai ratusan tenda majelis yang digunakan jemaat untuk berdoa.


Nah menjelang pukul 19:00, ritual panggung utama di depan Candi Borobudur dimulai. Dipanggung ini terdapat patung besar Buddha berwarna keemasan. Ya, di area ini berlangsung ritual doa di atas panggung, upacara Pradaksini serta pelepasan lampion Waisak di pelataran Candi Borobudur. Tapi sayangnya, saya dan teman-teman tidak bisa menyaksikan ritual ini hingga tuntas, karena guyuran hujan yang cukup deras.



Yup, semoga tahun berikutnya saya bisa menyaksikan ritual spektakuler ini hingga tuntas, dan menikmati nuansa kekhusyukan, para sahabat umat Hindu beribadah :)


Sabtu, 08 Juni 2013

Amazing! Cap Go Meh di Singkawang

Mendengar kata Singkawang, pasti identik dengan perayaan cap go meh yang spektakuler.
Yep, tanggal 24 Februari 2013 kemarin, saya membuktikan kalau cap go meh di Singkawang benar-benar Speaktakuler, seperti yang diberitakan media dan opini dari mulut ke mulut.
Hmm nggak heran, banyak turis mancan negara mau pun turis lokal, rela datang berbondong-bondong untuk menyaksikan puncak perayaan imlek ini.

Jadi dari tahun ke tahun, perayaan imlek merupakan tradisi megah bagi masyarakat di Singkawang. Terhitung sejak imlek hingga puncak imlek (cap go meh), perayaan ini diisi dengan beragam rangkaian acara yang unik dan kental dengan tradisi Tionghoa. Selama 8 hari disana, saya sempat menyaksikan empat peristiwa unik, yang belum pernah saya  lihat sebelumnya.

Untuk acara hiburan warga, panitia cap go meh mengadakan pentas seni malam yang digeber di Stadion Kridasana. Di acara tersebut, masyarakat dapat menyaksikan beragam tarian tradisional, hiburan lagu mandarin, hingga berfoto bersama naga yang panjangnya belasan meter dan patung Dewi Kwan Im yang tingginya mencapai 7 meter. Sebelum menyaksikan acara meriah tersebut, saya pun sempat survey ke lokasi di pagi harinya.




Dua hari sebelum cap go meh, genggap gempita perayaan diawali dengan festival pesta lampion.
Dalam festival ini terdapat ratusan kelompok yang menghias kendaraan mereka dengan beragam lampion. Ya, tak hanya kendaraan mereka yang dihias cantik, para anggota kelompok yang terlibat dalam pawai juga mengenakan pakaian khusus. Dengan diiringi musik dari kendaraan masing-masing, lampion berjalan ini mengelilingi jalanan utama kota Singkawang. Saking kerennya, jalanan utama terpaksa ditutup karena ribuan masyarakat berhamburan di jalan untuk menyaksikan festival lampion spektakuler ini.

  
 





 Usai rangkaian acara senang-senang, pada H-1 di malam harinya berlangsung prosesi yang berbau tradisi dan religi. Disebut pasar lelang, moment ini menjajalkan beragam benda, makanan dan minuman yang telah didoakan sebelumnya, sehingga harganya melambung tinggi. Sebut saja satu batang tebu bisa dijual seharga 3 juta rupiah. Namun, meskipun harga yang ditawarkan terbilang sangat mahal dan tak masuk akal, namun berdasarkan kepercayaan tionghoa, setiap pribadi yang membelinya akan mendapatkan peruntungan di tahun baru tersebut. Nah, seluruh dana yang terkumpul dari pasar lelang ini akan digunakan untuk menutupi pendanaan pesta cap go meh di Singkawang.







Keesokan harinya, tanggal 24 februari tibalah puncak perayaan imlek atau cap go meh. Mulai pukul 09:00, jalanan di Singkawang sudah dinetralkan dari kendaraan, karena akan dijadikan rute pawai tatung. Yep, karena acara cap go meh dimaksudkan untuk menangkal kesialan di masa mendatang, jadi pengusiran roh-roh jahat terebut disimbolkan dalam pertunjukan tatung. Atraksi tatung di Singkawang ini dipenuhi mistik dan menegangkan. Pasalnya sebelum perayaan cap go meh, para tatung menjalankan ritual untuk memanggil roh untuk memasuki tubuhnya. Kabarnya, roh yang dipanggil untuk memasuki tubuh tatung adalah tokoh pahlawan dalam legenda Tiongkok yang baik hati, yang mampu menangkal roh jahat. Sebelum ratusan tatung berpawai dan digotong dalam tandu, seluruh peserta pawai berkumpul di stadion terlebih dahulu.






  

Pada tahun ini terdapat 735 tatung yang berpartisipasi. Para tatung beratraksi dengan ekstrem. Ada yang menginjak sebilah mata pedang, ada pula yang menacap kawat tajam ke pipi mereka. Meski terlihat menyakitkan, namun para tatung tidak merasakan sakit dan terluka. Dalam acara spektakuler ini, banyak warga pribumi (dayak dan melayu) yang juga terlibat menjadi tatung atau pun pengangkat tandu. Dalam moment inilah pluralisme di Singkawang begitu terlihat dan menonjol. Ya, meskipun berbeda suku, namun kerukunan dan toleransi begitu kental di Kota ini.


Minggu, 02 Juni 2013

Kuliner Ala Singkawang

Sebagai pribadi yang doyan makan, wisata kuliner nggak bakal lupa diburu, saat mengunjungi daerah baru.
Yup, seperti kunjungan saya ke kota Singkawang ini. hahahaa
Jadi, setibanya di Pontianak, saya langsung bertemu Pak Anto, seorang driver sewaan yang akan menemani saya  liputan di Singkawang.
Nah, satu pertanyaan yang langsung terbesit di bibir saya, "Pak Anto, makanan khas Singkawang apa ya?"
Dengan spontan, Pak Anto pun langsung menjawab dengan logat khasnya, "hmm banyak dek! ada bubur singkawang, tapi yang paling populer mie singkawang. jadi waktu membuatnya, mienya dilempar dan ditangkap. tapi mie ini pake babi dek!."
Waw.. mendengar penjelasan singkat Pak Anto, saya langsung exicted dan spontan berkata, "Nanti kalau ada waktu, antar saya kesana ya pak! ahahhaa..."

Singkat cerita, impian saya mencicipi mie ala singkawang yang dilempar tangkap itu, tak terwujud karena crowded-nya jadwal liputan disana.
Tapi beruntungnya, saya tetap mencicipi dan menganalisa makanan khas kota amoy ini.
Karena saya suka bubur, saya 3 kali makan bubur di kota ini, yaitu bubur ayam, bubur babi dan bubur padas. Hmm, ternyata bubur di Singkawang sangat ber beda dengan bubur di Jakarta.
Tekstur bubur di Singkawang tak selembut dan menyatu kental seperti bubur di Ibu Kota. Teksturnya cenderung seperti nasi putih yang dihancurkan dan ditambah kuah sebagai pelengkapnya. Nah, uniknya lagi, yang menjadi ciri khas lain bubur singkawang, adanya ikan teri dan kacang tanah sebagai topping pelengkapnya.

Diantara ketiganya, bubur yang paling unik dari segi rasa, warna, dan topping adalah bubur padas.
Bubur Padas merupakan bubur orang Sambas, dan menjadi makanan khas dan wajib dicoba saat mengunjungi kota singkawang.
 


Jujur, bubur padas adalah bubur terunik yang pernah saya lihat dan kecap. seperti bubur Singkawang pada umumnya, bubur padas memiliki tekstur nasi yang kasar namun kental. Warna kuah siramnya pun berwarna kuning kecokelatan dengan taste agak spicy. Bubur ini juga kaya akan sayuran seperti buncis, daun kolsum, sawi, toge, wortel, dan tak ketinggalan ikan teri serta kacang tanah. Berhubung lidah saya agak pemilih, dari segi rasa, bubur ini nggak bersahabat banget dengan lidah saya. Hanya mampu menyuap beberapa sendok, saya pun langsung menyerah untuk tak menghabiskannya. Meski begitu, untuk menghormati racikan bubur padas sang ibu pemilik rumah makan, saya pun meminta maaf karena tak sanggup menghabiskannya.Pasalnya, Pak Anto berpesan, jangan pernah menyakiti hati warga setempat.

Hmm.. lanjut......
KFC, Texas, CFC, dan sebagainya, mungkin menjadi restoran cepat saji yang menyebar keseluruh daerah. Tapi berberbeda dengan Singkawang. Di kota kecil ini, restoran cepat saji mendunia tersebut, tidak bisa ditemui. Namun uniknya, saya berhasil menemukan satu-satunya restoran serupa yang menawarkan hidangan ayam tepung.Yup, mengusung nama "Vegas Fried Chicken", restoran ini menyajikan menu-menu seperti ayam goreng tepung, kentang goreng, burger, dan chicken nugget. Nah, kebetulan saya memesan menu paket lengkap dengan softdrink. Bedanya paket yang saya pesan dengan paket di restoran mendunia itu, dipaket ini terdapat tambahan chicken nugget. hiihiihiiihii... Harganya pun tak mencapai R. 25.000,-.





Kuliner selanjutnya. Hmm, mungkin terdengan seperti mba-mba, namun apa boleh buat, saya suka sekali dengan bakso. hahaahaa... Otomatis menu yang satu ini nggak ketinggalan saya buru. Yes.. akhirnya saya menemukan cemilan yang satu ini. Yup, ternyata baksonya juga nggak kalah unik. Bakso di Singkawang berbeda dengan bakso yang biasa saya lahap di Jakarta. Karena saya memesan bakso goreng, jadi dalam satu mangkuk terdapat bakso goreng kecil-kecil ditemani toge, soun, sawi putih dan mie rebus yang masih mentah. Rasa bakso gorengnya begitu enak, lengkap dengan kuah yang super gurih. nyam nyamm....


Nah, inti dari wisata kuliner di Singkawang adalah tempat yang satu ini. Pokoknya jangan ngaku pencinta kuliner dan sudah menginjakan kaki di Singkawang, kalau nggak mengunjungi lokasi ini. Ya, Pasar Hongkong atau pusatnya kuliner di kota Singkawang. Disebut sebagai pasar hongkong, konon lokasi ini menjadi tempat makan para turis dengan iringan lagu mandarin dari para pengamen. Buka pada malam hari, lokasi ini menjajalkan beragam jenis makanan dalam gerobak.