Sabtu, 08 Juni 2013

Amazing! Cap Go Meh di Singkawang

Mendengar kata Singkawang, pasti identik dengan perayaan cap go meh yang spektakuler.
Yep, tanggal 24 Februari 2013 kemarin, saya membuktikan kalau cap go meh di Singkawang benar-benar Speaktakuler, seperti yang diberitakan media dan opini dari mulut ke mulut.
Hmm nggak heran, banyak turis mancan negara mau pun turis lokal, rela datang berbondong-bondong untuk menyaksikan puncak perayaan imlek ini.

Jadi dari tahun ke tahun, perayaan imlek merupakan tradisi megah bagi masyarakat di Singkawang. Terhitung sejak imlek hingga puncak imlek (cap go meh), perayaan ini diisi dengan beragam rangkaian acara yang unik dan kental dengan tradisi Tionghoa. Selama 8 hari disana, saya sempat menyaksikan empat peristiwa unik, yang belum pernah saya  lihat sebelumnya.

Untuk acara hiburan warga, panitia cap go meh mengadakan pentas seni malam yang digeber di Stadion Kridasana. Di acara tersebut, masyarakat dapat menyaksikan beragam tarian tradisional, hiburan lagu mandarin, hingga berfoto bersama naga yang panjangnya belasan meter dan patung Dewi Kwan Im yang tingginya mencapai 7 meter. Sebelum menyaksikan acara meriah tersebut, saya pun sempat survey ke lokasi di pagi harinya.




Dua hari sebelum cap go meh, genggap gempita perayaan diawali dengan festival pesta lampion.
Dalam festival ini terdapat ratusan kelompok yang menghias kendaraan mereka dengan beragam lampion. Ya, tak hanya kendaraan mereka yang dihias cantik, para anggota kelompok yang terlibat dalam pawai juga mengenakan pakaian khusus. Dengan diiringi musik dari kendaraan masing-masing, lampion berjalan ini mengelilingi jalanan utama kota Singkawang. Saking kerennya, jalanan utama terpaksa ditutup karena ribuan masyarakat berhamburan di jalan untuk menyaksikan festival lampion spektakuler ini.

  
 





 Usai rangkaian acara senang-senang, pada H-1 di malam harinya berlangsung prosesi yang berbau tradisi dan religi. Disebut pasar lelang, moment ini menjajalkan beragam benda, makanan dan minuman yang telah didoakan sebelumnya, sehingga harganya melambung tinggi. Sebut saja satu batang tebu bisa dijual seharga 3 juta rupiah. Namun, meskipun harga yang ditawarkan terbilang sangat mahal dan tak masuk akal, namun berdasarkan kepercayaan tionghoa, setiap pribadi yang membelinya akan mendapatkan peruntungan di tahun baru tersebut. Nah, seluruh dana yang terkumpul dari pasar lelang ini akan digunakan untuk menutupi pendanaan pesta cap go meh di Singkawang.







Keesokan harinya, tanggal 24 februari tibalah puncak perayaan imlek atau cap go meh. Mulai pukul 09:00, jalanan di Singkawang sudah dinetralkan dari kendaraan, karena akan dijadikan rute pawai tatung. Yep, karena acara cap go meh dimaksudkan untuk menangkal kesialan di masa mendatang, jadi pengusiran roh-roh jahat terebut disimbolkan dalam pertunjukan tatung. Atraksi tatung di Singkawang ini dipenuhi mistik dan menegangkan. Pasalnya sebelum perayaan cap go meh, para tatung menjalankan ritual untuk memanggil roh untuk memasuki tubuhnya. Kabarnya, roh yang dipanggil untuk memasuki tubuh tatung adalah tokoh pahlawan dalam legenda Tiongkok yang baik hati, yang mampu menangkal roh jahat. Sebelum ratusan tatung berpawai dan digotong dalam tandu, seluruh peserta pawai berkumpul di stadion terlebih dahulu.






  

Pada tahun ini terdapat 735 tatung yang berpartisipasi. Para tatung beratraksi dengan ekstrem. Ada yang menginjak sebilah mata pedang, ada pula yang menacap kawat tajam ke pipi mereka. Meski terlihat menyakitkan, namun para tatung tidak merasakan sakit dan terluka. Dalam acara spektakuler ini, banyak warga pribumi (dayak dan melayu) yang juga terlibat menjadi tatung atau pun pengangkat tandu. Dalam moment inilah pluralisme di Singkawang begitu terlihat dan menonjol. Ya, meskipun berbeda suku, namun kerukunan dan toleransi begitu kental di Kota ini.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar